4 Jul 2013

we meet, we share, we act


Satu, dua, hingga tiga baju serasa sudah cukup. Tas batik kesayangan dan beberapa perlengkapan keseharian juga sudah terkemas rapi. "Ahh lagi pula cuma sehari, pikirku"!.

(Pesan Singkat Pagi Hari)

Kak Rhyma : Jihan bmana dek bisaji nyusul ke sini?

Balas: Kak tapi acara nya sudah mulai dari kemarin 

Kak Rhyma : Tidak apa-apa dek. Nah kalo jadi sebentar sekitar setengah 11 langsung mki ke penyebrangan Kayu Bangkoa di sana sudah ada kapal yang siap menyebrang, ingat dek kapalnya yang besar  kira-kira muat sekitar 100 orang.

Balas : okesip kalo bgtu kak.

Kubulatkan niatku untuk mengiyakan tawaran kali ini. Semua berawal dari tiba-tiba, saat bertemu Kak Rhyma diopening ceremony MIWF2013, kami adalah teman sekomunitas di Sekolah Rakyat KAMI. Setelah sedikit lama bercengkarama ia langsung mengajakku mengikuti camp yang diselenggarakannya di suatu pulau. Kali ini bukan untuk menjadi peserta, tapi jadi tukang foto kegiatan. Sempat kaget dan sama sekali tidak ingin mengiyakan tawaran ini. Tahu apalah saya tentang tekhnik mengambil gambar? Toh camera ini juga bukan milik saya hanya dengan modal pinjaman pada kakak untuk membawanya mengabadikan moment di MIWF2013. Tapi tawaran ini unik, dan rasa penasaran untuk mengikuti camp di sana menyesakkan pikiranku. Keraguan menyerangku kembali mengingat banyak yang harus kupersiapkan untuk menyambut tanggal 02, adalah moment penting untuk sahabat dan seorang special yang kelahirannya jatuh pada tanggal yang sama. Cukup memusingkan. Hanya dengan memanfaatkan waktu seefisien mungkin agar semua planning celebarate berjalan lancar dan tawaran Kak Rhyma dapat diindahkan.

Memasuki gerbang penyebrangan bernama Kayu Bangkoa untuk pertama kali, penyebrangan ini berada   diseblah utara anjungan Pantai Losari dan melewati Hotel Makassar Golden. Begitu banyak orang berlalu lalang tak ada satu pun yang kukenal. Hingga sampai pada ujung dermaga kebingungan hendak menaiki kapal yang mana toh semua besar dan memiliki tujuan yang sama : Pulau Barrang Lompo. Kupilih yang paling dekat dengan tampatku berdiri karena melihat masih ada beberapa tempat duduk yang kosong. Untuk pertama kalinya menaiki kapal seorang diri dan tidak pernah mengunjungi tempat tujuan sebelumnya. Degup kencang itu tak henti-henti nya menggangguku disaat berada ditengah kerumunan dalam kapal, hingga tak tahan lagi untuk bertanya kepada seorang bapak diseblah saya :

"pak, ini sampai ke pulau nya kira-kira berapa menit?"

"ohh, kita sampainya sekitar 1 jam dek! jawabnya"

*Nelan Ludah*

Barrang Lompo adalah salah satu pulau yang berjarak sekitar 13km dari kota Makassar. Pulaunya berbentuk bulat dan mempunyai lumayan banyak penduduk yang berdiam di sana. Suasana malam hari di Barrang Lompo cukup mencekam karena listrik akan dipadamkan, kemudian sulitnya menemukan jaringan membuat semuanya sempurna.

Camp disana diadakan oleh Global Peace Volunteer adalah suatu komunitas pecinta damai yang mempunyai cita-cita menanamkan cinta sesama manusia ditengah pluralitas yang banyak berbuah konflik saat ini. Peserta camp ini pun berasal dari seluruh pelusuk negri dari Sumatra hingga Papua yang jumlahnya 28 orang. Mereka sangat berantusias dapat menginjakkan kaki di tanah Makassar untuk mengisi waktu libur. Sesampainya di sana langsung saja saya melaksanakan tugas sebagai tukang foto karena materi sedang berlangsung hingga malam hari.

*mereka disuruh membuat jembatan dari koran kemudian
 mempersentasikan filosofi jembatan mereka

*drama in the night 

*service project langsung kepada masyarakat

Selama service project berlangsung terdapat satu fakta yang menjadi ironi pada salah satu penduduk pulau Barrang Lompo yang disurvey langsung oleh salah satu kelompok peserta. Seorang nenek bernama Diah yang mempunyai 2 orang cucu, mengaku tidak pernah mendapat kompensasi berupa BLSM oleh pemerintah padahal jika dilihat dari kondisi dan tempat tinggalnya beliau sangat pantas mendapat kompensasi itu. "Masalah ini bersumber karena tidak ratanya pembagian di pulau itu malah mereka yang berkecukupan malah yang menikmati kompensasi tersebut karena mereka adalah keluarga dari Pak RT, kata seorang warga.'' 

Berikut adalah salah satu bukti ketidakberhasilan pemerintah lagi, BBM memang tidak tepat sasaran. Apakah program pemberdayaan rakyat miskin berupa kompensasi-kompensasi itu juga tepat sasaran?


*pintu masuk rumah Nek Diah, dalam rumah 
hanya beralaskan tanah tanpa perabot ruang yang memadai

Melihat kondisi realitas seperti ini kami seluruh volunteer camp melakukan penggalangan dana untuk membantu sang Nenek, semua diluar rencana dan merupakan bentuk True Love persembahan kami untuk sesama.


*Berharap pemberian ini dapat berguna sebaik mungkin :")


*Proud of them

Pilihan saya untuk menghadiri camp adalah yang terbaik. Banyak bertemu orang-orang muda hebat dan bersemangat untuk berbuat kebaikan, secara tidak langsung juga mengikuti, mengambil hikmah dan pelajaran dari teori dalam kelas maupun direct project ke masyarakat. Ahh keberuntungan menemaniku lagi kali ini :")




*Akhirnya sempat nongol digambar, walaupun hanya 
dalam perjalanan pulang di kapal -__-"


Satu kalimat petikan lagu yang sering terngiang-ngiang dikepala ketika camp ini selesai:

we are one family, we are one family under god .....

1 komentar:

cumi-cumi! mengatakan...

keyeeeeen. ajak-ajakka' juga kodong kalo mauko ke pulau ._.

Posting Komentar

 
© Copyright 2035 Tinta Maple
Theme by Yusuf Fikri