Selama
beberapa hari kaki saya senantiasa membawa langkahnya ke hadapan pintu kayu
dengan gerendel kuno yang dikelilingi oleh tembok tebal nan kokoh. Langkahku
tak terhenti hanya sampai di depan pintu, ia berjalan masuk ke dalam perut benteng
dengan tampilan arsitektur era 1600 an.
Pun jika kau melihat dari ketinggian benteng ini tampak seperti tottem penyu yang
siap masuk ke dalam pantai. Bernama Fort Rotterdam, merupakan salah satu tempat
wisata bersejarah kebanggaan kami masyarakat kota Makassar. Namun langkahku
kali ini tidak berteman niat untuk berwisata, mengkaji sejarah, maupun sekedar
berfoto ria. Membutuhkan setahun penantian untuk melangkahkan kaki lagi disini
tepatnya pada moment ini.
Makassar International Writers Festival 2013 (MIWF2013) adalah
event tahunan paling ditunggu oleh mereka para pecinta tulisan, dan para
penggiat seni lainnya. Selama 5 hari kami puas menyicipi udara segar sastra
oleh mereka para penggulat sastra dari 8 Negara dan pelbagai pelosok Tanah Air.
Seakan tak kenal waktu belasan program kebudayaan dilaksanakan dari pagi hingga
malam. Adalah medan pembalajaran yang amat berharga jika dilewatkan. Begitu
banyak tokoh menginspirasi beserta karya-karyanya.
*Opening Ceremony MIWF2013
Salah satu nya adalah penyair
legend yang dimiliki oleh Indonesia yang mempunyai darah Makassar ini yaitu
Bapak Prof. Sapardi Djoko Damono. Sajak dan puisinya telah membumi dan banyak
memberi inspirasi penyair-penyair lainnya. Seorang penerjemah puisi yang
handal. Dan mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap kemajuan sastra Indonesia
dengan umur telah banyak dilahap waktu. Salah satu quote beliau yang paling
kurenungkan dikepala saya adalah :
“Identitas seseorang mengalami perubahan tiap hari nya, sesuai
informasi dan pengetahuannya”
*akhirnya bisa ambil pic bersama
Selain beliau, penggiat sastra yang lainnya tak kalah
hebatnya. Walaupun tidak semua dari mereka sempat untuk mengabadikan foto bersama.
Diskusi panel Kak Khrisna
Pabichara penulis handal berdarah jeneponto menghasilkan tetralogi best seller
sepatu Dahlan, beliau ramah nan kritis. Sangat lihai melantunkan sinrilli
sambil berpuisi berbahasa Makassar. Dan Peter adalah penulis yang berasal dari
negara komunis Hongria pada sesi ini banyak membahas tentang buku dan negaranya.
Kali ini
berkesempatan dengan Bapak Joko Pinurbo adalah seorang penyair yang karyanya
cukup humoris. Unik ketika beliau mengisahkan proses kreatifnya. Walaupun
memulai karir diusia cukup tua, namun dengan berbekal tekun selama 20 tahun ia
baru bisa menerbitkan buku pertamanya.
Sangat beruntung
hingga sekarang kita dapat mengecup khasanah sastra Indonesia yang klasik
hingga modern. Entah sastra akan bermetefora seperti apa sesuai perkembangan
zaman menembus perjalanan waktu. Kita hanya perlu merawatnya. Menjawab
panggilan hati untuk melahirkan karya-karya bermakna nan bermanfaat.
Merupakan salah
satu bentuk cinta yang tulus terhadap tanah luhur adalah tahu dan meneruskan
budayanya. Karena Makassar lahir dengan budaya nya yang unik, karena Makassar
bukan kota anarkis seperti yang terbayang oleh mereka selama ini, karena Makassar
tidak selebar layar TV saja.
-Dalam Hidup Seorang Penyair Yang Tekun Untuk Melahirkan Karya-Karya nya Selalu Ada Sentuhan Tangan Tak Terlihat
(Joko Pinurbo)
3 komentar:
Kalyla, coba dilihat paragraf ketiga dan keepat dari terakhir, sepertinya terjadi pengulangan ehehe. btw, crop maaaa' yang bareng Sapardi fufufu :|
Beruntungnya bisa foto bareng. Saya cuma dapat penutupan kodong :(((
yah -__-" mmg hr2 sebelumnya kmana kak?
Posting Komentar