
“Sebenarnya
apa alasan kalian ikut dalam pengkaderan TOWR FLP ini??” Hatur seorang wanita
sederhana berwajah manis ka’ Atun semua orang memanggilnya dengan nama itu.
Training Of Writing And
Recruitment (TOWR) adalah nama kegiatan yang saya geluti selama sebulan ini yah
tepatnya berlangsung hanya dihari sabtu dan minggu. Diawali karena mendapat
send all sms dari teman dan membaca pamflet yang beredar dimana-dimana “Bagi kamu yang hobi menulis, membaca,
ataupun ingin belajar mengenai dunia kepenulisan, bergabunglah bersama forum
kepenulisan terbesar di Indonesia Forum Lingkar Pena Unhas” dan jeng jeng
terbesar di Indonesia ding ! membatin. Sejak maba forum ini memang sudah tidak
asing lagi dan harus diakui bahwa novel-novel yang lahir dari para penulis forum
ini patut diapresiasi. Jadilah saya seorang pembaca dan pemimpi tahap akut ini
tertarik untuk sedikit mewarnai kebiasaan saya sehari-hari yaitu menulis, tapi bakat? Jelas sama sekali
saya tidak mempunyai itu.
27 Mei 2012 hari yang
menyenangkan. Setelah 3 kali pelatihan yang banyak memberi motivasi dan
mempertemukan kami dengan penulis-penulis hebat seperti ka Gege’ yang berhasil
menjadi juara 1 lomba kepenulisan novel se-Indonesia satu kalimat kanda ini
yang menjadi bahan bakar utama untuk semangat saya siapapun bisa jadi penulis
tidak hanya orang berbakat saja “Tidak
ada bakat minatpun jadi” ngenaa’ banget men hihi. Selain beliau kami juga
sempat bertemu seorang penulis best seller terkenal Shinta Yudisia. Wanita yang
anggun cerdas dan baik hati karyanya mengagumkan dengan permainan majas yang
sulit tercipta pada paragraf-paragraf novelnya akhirnya saya bisa bertemu
dengan wanita mengagumkan ini. Hari itu kami dijadwalkan berkunjung ke salah
satu media cetak terbesar di Makassar. Graha Pena Fajar disana kami bertemu
langsung dengan seorang redaktur pelaksana hanya bisa ngangguk-ngangguk tidak
jelas mendengar nama itu apa daya saya sama sekali tidak mengerti dunia
jurnalistik. 1 jam berlalu dengan berbagi penjelasan serta sempat berdiskusi
akhirnya sedikit dunia jurnalistik ini mulai teresap diotak saya tidak lama
saya mengunjungi satu-satu meja kerja penulis dan editor bertanya
sesongong-songognya. Kembali saya duduk merenung melihat kekerenan mereka
bermain dengan huruf setiap harinya yah sangat sibuk mengejar deadline
masing-masing menciptakan tulisan fakta
menjadi informasi yang penting untuk banyak orang “suatu saat saya ingin
bermanfaat seperti meraka” kembali membatin. Tidak hanya itu, kami diajak untuk
mengelili tempat itu hingga kepabrik percetakan korannya melihat petugas yang
setiah harinya begadang untuk menghasilkan ratusan examplar koran, ka Nursam
sebagai guide kami dengan setia memberi informasi ini itu tidak ketinggalan
cicipan kisah inspiratifnya sebelum menjadi journalis. Beliau pernah menjadi
loper koran bangun jam 5 subuh untuk mendistribusikan koran-koran ini walaupun
memang sedari dulu ia juga cinta menulis dan membaca, perlu keluar dari zona
nyaman untuk memahami bagaimana menikmati hidup sesungguhnya, kembali merenung.
03 Juni 2012 last day untuk TOWR
ini diadakan di PPLH Puttondo kabupaten Takalar. Menjadi hari yang
ditunggu-tunggu oleh semua peserta tepatnya 51 peserta yang aktif, diantaranya
banyak yang menjadi saudara-saudara baru saya dan ini menjadi salah satu
manfaat tebesar saya ikut dalam pelatihan ini. Mereka cerdas, berwawasan, lucu,
berkarakter, dan tentunya persamaan nasib kami yang mempunyai tujuan yang sama
kelak walaupun kami dari fakultas, universitas, bahkan status yang beda.
Seorang Ibu Rumah Tangga yang mempunyai 8 orang anak juga mengikuti kegiatan
ini semangat beliau untuk menulis menjadi tamparan hebat bagi kami yang muda,
seorang siswa SMP juga mengikuti pelatihan ini juga menjadi tamparan hebat bagi
kami mahasiswa yang seharusnya malu untuk kesadran ini. Weekend menjadi
istimewa dihabiskan dengan mereka dan para panitia. Setelah perjalanan 2 jam
untuk sampai di PPLH ini tidak sedetikpun waktu disana menjadi sia-sia sungguh
padat materi dan program diberikan yaitu membahas tentang Sekolah Redaksi hingga pada akhirnya kita yang telah dibagi kedalam
beberapa kelompok bertugas untuk membuat media masing-masing tentu dengan
redaksional yang lengkap (baca: pembagian tugas). 1 jam adalah waktu yang
sangat mendepresikan untuk mengolah sekaligus content media ini. Berlari kesana
kemari menggali berita, wawancara, menulis, hingga layouter menjadi sensasi
tersendiri walaupun hasil jauh dari yang
diinginkan.
Pada akhirnya saya sadar tempat
ini merupakan wadah yang tepat untuk menjalani proses saya bersama mereka yang
tidak hanya ingin menulis tapi juga berdakwah sungguh tujuan yang mulia dan
patut diapresiasi ditengah krisis ideolagi kita yang tidak jelas ini. FLP yang
sebenarnya masih berjuang dalam fluktuatif visi dan misinya yaitu :
Visi :
Menjadi sebuah
organisasi yang memberi pencerahan melalui tulisan.
Misi :
a) Meningkatkan
mutu dan produktivitas karya anggota sebagai sumbangsih berarti bagi
masyarakat.
b) Membangun
jaringan penulis yang menghasilkan karya-karya berkualitas dan mencerdaskan.
c) Meningkatkan
budaya membaca dan menulis di kalangan masyarakat.
d) Mempejuangkan
kehidupan layak bagi penulis
0 komentar:
Posting Komentar