4 Jun 2012

TOWR


                “Sebenarnya apa alasan kalian ikut dalam pengkaderan TOWR FLP ini??” Hatur seorang wanita sederhana berwajah manis ka’ Atun semua orang memanggilnya dengan nama itu.
Training Of Writing And Recruitment (TOWR) adalah nama kegiatan yang saya geluti selama sebulan ini yah tepatnya berlangsung hanya dihari sabtu dan minggu. Diawali karena mendapat send all sms dari teman dan membaca pamflet yang beredar dimana-dimana “Bagi kamu yang hobi menulis, membaca, ataupun ingin belajar mengenai dunia kepenulisan, bergabunglah bersama forum kepenulisan terbesar di Indonesia Forum Lingkar Pena Unhas” dan jeng jeng terbesar di Indonesia ding ! membatin. Sejak maba forum ini memang sudah tidak asing lagi dan harus diakui bahwa novel-novel yang lahir dari para penulis forum ini patut diapresiasi. Jadilah saya seorang pembaca dan pemimpi tahap akut ini tertarik untuk sedikit mewarnai kebiasaan saya sehari-hari yaitu menulis, tapi bakat? Jelas sama sekali saya tidak mempunyai itu.
27 Mei 2012 hari yang menyenangkan. Setelah 3 kali pelatihan yang banyak memberi motivasi dan mempertemukan kami dengan penulis-penulis hebat seperti ka Gege’ yang berhasil menjadi juara 1 lomba kepenulisan novel se-Indonesia satu kalimat kanda ini yang menjadi bahan bakar utama untuk semangat saya siapapun bisa jadi penulis tidak hanya orang berbakat saja “Tidak ada bakat minatpun jadi” ngenaa’ banget men hihi. Selain beliau kami juga sempat bertemu seorang penulis best seller terkenal Shinta Yudisia. Wanita yang anggun cerdas dan baik hati karyanya mengagumkan dengan permainan majas yang sulit tercipta pada paragraf-paragraf novelnya akhirnya saya bisa bertemu dengan wanita mengagumkan ini. Hari itu kami dijadwalkan berkunjung ke salah satu media cetak terbesar di Makassar. Graha Pena Fajar disana kami bertemu langsung dengan seorang redaktur pelaksana hanya bisa ngangguk-ngangguk tidak jelas mendengar nama itu apa daya saya sama sekali tidak mengerti dunia jurnalistik. 1 jam berlalu dengan berbagi penjelasan serta sempat berdiskusi akhirnya sedikit dunia jurnalistik ini mulai teresap diotak saya tidak lama saya mengunjungi satu-satu meja kerja penulis dan editor bertanya sesongong-songognya. Kembali saya duduk merenung melihat kekerenan mereka bermain dengan huruf setiap harinya yah sangat sibuk mengejar deadline masing-masing  menciptakan tulisan fakta menjadi informasi yang penting untuk banyak orang “suatu saat saya ingin bermanfaat seperti meraka” kembali membatin. Tidak hanya itu, kami diajak untuk mengelili tempat itu hingga kepabrik percetakan korannya melihat petugas yang setiah harinya begadang untuk menghasilkan ratusan examplar koran, ka Nursam sebagai guide kami dengan setia memberi informasi ini itu tidak ketinggalan cicipan kisah inspiratifnya sebelum menjadi journalis. Beliau pernah menjadi loper koran bangun jam 5 subuh untuk mendistribusikan koran-koran ini walaupun memang sedari dulu ia juga cinta menulis dan membaca, perlu keluar dari zona nyaman untuk memahami bagaimana menikmati hidup sesungguhnya, kembali merenung.

03 Juni 2012 last day untuk TOWR ini diadakan di PPLH Puttondo kabupaten Takalar. Menjadi hari yang ditunggu-tunggu oleh semua peserta tepatnya 51 peserta yang aktif, diantaranya banyak yang menjadi saudara-saudara baru saya dan ini menjadi salah satu manfaat tebesar saya ikut dalam pelatihan ini. Mereka cerdas, berwawasan, lucu, berkarakter, dan tentunya persamaan nasib kami yang mempunyai tujuan yang sama kelak walaupun kami dari fakultas, universitas, bahkan status yang beda. Seorang Ibu Rumah Tangga yang mempunyai 8 orang anak juga mengikuti kegiatan ini semangat beliau untuk menulis menjadi tamparan hebat bagi kami yang muda, seorang siswa SMP juga mengikuti pelatihan ini juga menjadi tamparan hebat bagi kami mahasiswa yang seharusnya malu untuk kesadran ini. Weekend menjadi istimewa dihabiskan dengan mereka dan para panitia. Setelah perjalanan 2 jam untuk sampai di PPLH ini tidak sedetikpun waktu disana menjadi sia-sia sungguh padat materi dan program diberikan yaitu membahas tentang Sekolah Redaksi hingga pada akhirnya kita yang telah dibagi kedalam beberapa kelompok bertugas untuk membuat media masing-masing tentu dengan redaksional yang lengkap (baca: pembagian tugas). 1 jam adalah waktu yang sangat mendepresikan untuk mengolah sekaligus content media ini. Berlari kesana kemari menggali berita, wawancara, menulis, hingga layouter menjadi sensasi tersendiri  walaupun hasil jauh dari yang diinginkan. 

Pada akhirnya saya sadar tempat ini merupakan wadah yang tepat untuk menjalani proses saya bersama mereka yang tidak hanya ingin menulis tapi juga berdakwah sungguh tujuan yang mulia dan patut diapresiasi ditengah krisis ideolagi kita yang tidak jelas ini. FLP yang sebenarnya masih berjuang dalam fluktuatif visi dan misinya yaitu :
Visi :
Menjadi sebuah organisasi yang memberi pencerahan melalui tulisan.
Misi :
a)      Meningkatkan mutu dan produktivitas karya anggota sebagai sumbangsih berarti bagi masyarakat.
b)      Membangun jaringan penulis yang menghasilkan karya-karya berkualitas dan mencerdaskan.
c)       Meningkatkan budaya membaca dan menulis di kalangan masyarakat.
d)      Mempejuangkan kehidupan layak bagi penulis
Setelah semalam merenung ternyata saya belum menemukan jawaban atas pertanyaan ka’Atun “Sebenarnya apa alasan kalian mengikuti pengkaderan TOWR FLP ini?” malah semakin banyak pertanyaan yang baru lahir dari lamunan saya. Betulkah tanpa bakat mimpi saya bisa terwujud?, Akankah saya mampu menjaga integritas saya berjuang dan berjuang bersama meraka mencapai visi serta misinya?, perubahan seperti apa yang harus terjadi pada diri saya?. Seperti yang dikatakan penulis terkenal kita Dewi Lestari , hidup adalah proses bertanya. Jawaban adalah proses dinamis yang berubah seiring dengan berkembangnya pemahaman kita. Namun, pertanyaanlah yang membuat kita maju.



                         Salah satu cara memaknai hidup kemudian mengabadikannya, yaitu dengan menulis

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2035 Tinta Maple
Theme by Yusuf Fikri