3 Okt 2012

Memilih Maple


Aku dan kamu, bagai karang-pantai mencintai laut lepas. Ribuan mil dari hatimu, setiap detik aku melacak cintamu pada setiap buih ombak yang menghantam diriku. Bila kukatakan kepadamu telah kutitipkan semua salamku pada nadi-nadi sungai yang merambat-bermuara menuju kedalaman hatimu, pernakah ia benar-benar sampai padamu?

Hingga saatnya kita bertemu.

“Sudah lama kah kau menunggu?”  

Aku pun jadi terdiam. Aku menunggu moment ini sejak bertahun yang lalu, membatin.

“Ini kue yang yang aku janjikan, spesial ku pesan kan langsung dari ibuku. Kamu harus menghabiskannya,” katamu.

 “Terima kasih”. Sembari aku tersenyum tak mampu menatapmu.  

Tapi maaf mungkin aku akan memilih untuk tidak segera menghabiskannya, kembali membatin.
Sejak pertemuan itu, aku merasa hari-hari kita begitu akrab. Meski ombak yang setiap hari datang memberikan sentuhan lalu pergi tanpa perpisahan. Ah, mungkinkah sungai telah menyampaikan salamku padamu?

Hingga saatnya aku sadar.

Episode ini bukan hanya tentang aku dan kamu. Fatal. Sungguh aku tidak mengetahui keberadannya. Ada getar yang menumpahkan ribuan kata yang tak terucapkan jadi sepi yang bergaung. Mungkin pantai yang tak punya perasaan.

Ini bukan masalah kamu dan dia. Tapi tentang memaafkan diriku sendiri.

Akhirnya aku memutuskan. Lalu bersalin rupa menjadi manusia biasa, mengemasi barang-barang dalam koper, mengenakan kaus kaki dan sepatu. Di setiap langkah yang kutempuh, kulepaskan satu per satu kenangan tentang dirimu-meski tak seluruhnya.

Mau bagaimana lagi?

Bukan lagi karang pantai. Aku akan menjadi yang lain: bayang-bayang, angin, pohon, gunung, langit, atau daun maple kah?. Maple adalah daun yang mendamaikan. Apa lagi bila dedaunan yang rapuh itu luruh menutupi bumi, berserakan dan bertaburan seolah melengkapkan lagi kanvas lukisan alam yang sempurna indahnya.

Cukuplah kamu diam saja, lalu tersenyumlah, dan aku akan tetap membalas senyummu.
Seperti biasa.



0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2035 Tinta Maple
Theme by Yusuf Fikri