Malam itu saya terjebak pada ketidaksadaran bahwa
malam itu adalah ‘sabtu malam’ mungkin ini adalah efek kelamaan libur. Tidak mau kalah dengan pasangan muda-mudi
yang lain di sabtu malam ini kami ikut meramaikan kota, tapi kami disini bukan
sepasang kekasih tepatnya kami adalah kawanan yang eksistensinya lebih dari
sekedar teman dan pacar yah mereka sahabat saya. Paradigma saya tentang malam
minggu terlanjur negatif entah mengapa mereka selalu saja meganggap malam ini
spesial di banding malam-malam yang lain. Macet dimana-mana, cafe full dipenuhi
para pasangan, harga tiket bioskop jelas naik, fly over pun penuh. Jelas rumah
dan kamar adalah tempat terbaik untuk malam yang lebih cocok disebut ‘sabtu
malam’ itu walaupun kalimat ini identik untuk fakir asmara atau para jomblo
tapi saya rasa mereka jauh lebih rasional upss baiklah maksud saya KAMI jauh
rasional melihat fenomena ini yeaah ! ini kebenaran bukan pembenaran :p
“Okesip jadi kemanaki’ lagi ini malam? Si Jey
ngotot”
“Sembarang deh yang jelas nongkrong saja dan
minumnya yang angat2 !” saya nyahut dan
si Pisaa ikut ngangguk
Setelah lama berkeliling cari tempat sesuai
ternyata cafe-cafe yang cocok dengan kantong kami sudah full dipenuhi mereka
sebaya kami. Hingga kami pun menyerah berkeliling dan saat itu sedang tepat di
depan salah satu Mall di jalan Ratulangi.
“Bingungmaa mau kemanaa lagi -_____-“
“iya jey capekmaa juga” jawab Pisa
“yahsud momi d apa yang paling dekat yah di dalam
saja” kembali saya nyahut
“hah..? cukupji itu uangkah?” si Jey protes
“ckupkaan saja, mki kemana lagi??” jawab saya
pasrah
BCC menjadi pilihan terakhir dan terpaksa,
sebelumnya kami memang ogah nongkrong di tempat macam ini. Cafe ini terkenal hanya
untuk mereka yang punya kantong tebal umumnya orang yang sudah kerja dan om-om
eksekutif pada nongkrong disini sangat kontras dengan kita mahasiswa kere yang
nabung 2 hari hanya buat beli pulsa. Dengan lagak borju kami pun duduk dengan
manisnya membalas senyum mbak-mbak yang mebawakan kami menu hidangan yang
disambut kekagetan kami melih1at mbak-mbak itu memakai seragam SD putih-merah setelah
melihat sekeliling ternyata memang konsep cafe ini menyuruh para karyawannya
berpakaian seperti itu menjadi hal yang kreatif dan random sekali -___- .
Setelah memesan, tiba-tiba kami merenung dan galau berjamaah rasa sesal
mendalam menghampiri kami.
“kek nda srek sekali ini suasananya” si Jey
memecah keheningan.
“Sekarang malah bepikirka’ yang hangat2 kan bukan
disini saja, sarabba lebih asik keknya” saya berpendapat.
“Nah itu jugaa yang saya pikir sekarang Jian,
huah bakalan hangatki weh ditambah gorengannya awweh nyamannya itu ! “ ternyata
pisa sependapat.
Seketika otak saya mengikuti lamunan tentang
Sarabba. Sarabba adalah minuman penghangat badan yang sangat dikenal di
kalangan Bugis-Makassar. Minuman ini dibuat menggunakan jahe (Zingiber
offcinale) sebagai ramuan dan aroma utamanya. Minuman sejenis mudah didapat di
daerah Jawa Tengah seperti wedang jahe. Namun campuran gula aren dan santan-lah
membuat sarabba lebih kental dari wedang jahe. Seperti Makassar, sarabba
mengalami perubahan. Bagi sebagian orang, mereka memperlakukan sarabba layaknya
minuman kesehatan. Ada yang mencampurnya dengan telur ayam kampung, susu
kental, maupun mix antara telur dan susu. Dan jadilah kawanan gorengan semisal
ubi goreng, perkedel jagung, tahu goreng, tempe goreng, dan pisang goreng
menjadi makanan pendamping sarabba. Kalau ditanya masalah harga? Sarabba jelas
sangat bersahabat dengan kantong anda.
Kami mencoba menikmati malam itu dengan cappucino
dan hot cokelat masing-masing. Rasa kecewa kembali menghampiri saya setelah
menyeguk capuccino itu yang sangat tidak berdamai dengan lidah saya, selain
tidak terlalu menyukai kopi kehangatan sarabba masih terbayang di lidah saya.
Dan pelajaran berharga kami peroleh dari malam
ini, kami para generasi muda kota ini tengah banyak mengalami perubahan.
Kebanyakan dari kami hanya memburu prestise dengan menggunakan hasil dan budaya
mereka kaum barat. Padahal jelas kita mempunyai selera dan budaya sendiri yang
lahir dari pola hidup kita masing-masing.
“Misi mbak tolong bill-nya di meja ini yah”
“Oh iya, misi ini mbak” jawab si mbak-mbak
“HADDEHHHH T_T nda bisami lebih mahal ini mbak 3
gelasji lagi”
Kami pun pulang sambil
pukpuk dompet dan berharap
besok ada keajaiban M-KIOS tiba-tiba sms tanpa disuruh.
0 komentar:
Posting Komentar