23 Mei 2012

Kicauan Lampu Merah

30,29,28,27,26......5,4,3,2,1,0 piip piip piipp jalan woy sudah hijau tuh  !!

“Ahh dasar manusia harus kalii yaa setiap saya nongol disambut dengan klakson bertubi-tubi seperti itu capee deh !!

“Buset songong banget lo Jo, lo kira tuh klakson buat lo ahahaha , udah sabar aja kita aja capek dengarnya dasar deh manusia kalau jam segini emang panasnya nggak mau kalah sama matahari, yah kan Mer ??"

“Enggak, enggak salah lagi !! Merah senyum-senyum sendiri. 
                
Matahari sedang senang-senangnya menyinari aktivitas siang para makhluk Tuhannya  hingga zat natrium klorida yang berasa asin itu tidak henti-hentinya menetes keluar dari tubuh manusia. Di pinggir jalan para pemegang kendali jalanan ini tidak henti-hentinya bergurau dan saling meratapi nasib masing-masing sebagai pemecah rasa kebosanan.

                “Nah waktunya gue nih sob !! TING...Ehh.. tuh motor woy main tancap aja buta apa lo?? Ini manusia semakin hari semakin bego yah dari jaman balita juga sudah diajarin sama Bapak sama Emmaknya kalo gue nongol yah artinya itu HATI-HATI, lah sekarang nggak si anak nggak Bonyok  nafsirnya sudah beda sob  LAMPU KUNING  = TANCAP BROOO !! 

                “Hahahaahha nasib..nasib.. deh lo Ning udah berenti hidup aja deh lo nggak guna...!” Hijau masih saja sibuk menertawakan nasib teman yang setia mangkal di atasnya sejak pertama hidup.

                “Sabarlah sob udah pikir aja postifnya, nah coba pikir setidaknya lo hidup bertanggung jawab pemegang amanah yang baik, beginikan mereka sendiri yang rasakan akibatnya kalau melanggar yah ditilang polisi atau bisa-bisa kecelakaan terus koid deh.

                “Tega lo ya Mer doain manusia kecelakaan?” tanya Kuning dengan muka lesu. “Lah ini bocah malah balik kasihan. Biarin deh, itukan salah mereka ngapain dipikirin. Bener tuh kata Merah kerjain aja tugas hidup kita dengan menjaga amanah, nah mati jumpa surga deh kita hahaa.” Hijau seperti biasanya langsung berisik.

                “Gini yah gue jelasin !. Mata merah langsung memicing tajam. Nih manusia memang nggak jelas maunya apa sob, jelas kalau nggak patuh sama fungsi kita yah mereka sendiri yang rugi. Mereka sadar kalau ini salah dan malah ikut memecahkan masalah ini, salah satunya yah dengan mengutus polisi-polisi itu . Nah lahir deh peraturan-peraturan lalu lintas, yang melanggar kita siap didenda. Buset keren kita yeee” . Merah senyum-senyum sendiri.

                “Ehh geje udah lanjutin aja lagi klimaks juga. “Bantah Hijau dengan mata tajam. “Ahh iye-iye nah lanjutannya nih, lihat sekarang sob si polisi-polisi geblek itu ngerjain apa selama ini ?? ngelanggar?” iya semestinya pelanggar itu dihukum selanjutnya bakalan mangkal di persidangan dan bayar uang denda, sekarang apa yang mereka lakuin apa?? apa??”

                “ATUR DAMAI !! kembali nyerocos si Hijau. “Ahh iya pantasan tuh perutnya pada maju semua isinya berasal dari uang nggak bener tuh” sambung si Kuning polos.

                “Nah tuh pinter lo padee ahahaha. 

Sekian lama percakapan mereka hingga tak terasa petang disambut panggilan cinta Allah terdengar merdu untuk para umatnya untuk kembali menstabilkan jiwa dan raganya dengan 3 rakaat saja. Aktivitas manusia perlahan lapang dan langit menampakkan sisi hitamnya.

Dan kriukkk...kriukk....

“Etss nah ini yang lapar siapa gede banget tuh bunyi sob ahahaha. Hijau kembali nyerocos mendengar suara panggilan perut.

“Bukan gue yah ! nyahut Merah. “Ahh gue juga  ! tambah Kuning dengan tampang bingungnya.

“Nih si tiang kali lapar lo yee? Hijau tetap ngeh mau tau siapa. “Ehh makhluk 3 sejak kapan gue pernah ngeluarin bunyi-bunyi aneh seperti itu, kerjaan gue yah Cuma dengarin ocehan kalian tiap hari, kurang sabar apa lagi gue coba? Hidup untuk jadi tumpuan kalian-kalian yang cerewet ini. Potong Tiang membela diri.

“Ahh si masbro ngambek iya deh maaf. Goda si Hijau. “Pura-pura bego atau apa lo pade deh, nah siapa lagi kalau bukan nih anak yang tiap hari nyandar dibadan gue. Lanjut si Tiang dengan muka lesuh.

“Anak itu lagi yah capek hati gue liat saban hari kayak gini, jam segini wajarnya dia harus nyaman dirumah sambil belajar terus jadi pinter kurang deh orang bego di Bangsa ini. Celoteh si Kuning

“Gue nggak setuju sob dengan kata-kata lo barusan, menurut gue yah manusia-manusia bangsa ini tuh cerdas sob ! Sangking cerdasnya korupsi dimana-mana, lo kira gampang tuh bohongin orang sana-sini pake laporan palsu pula haha. Banyak juga anak-anak pribumi yang berprestasi tapi apa? mereka jauh lebih dihargai di luar sana kebanding di Negri sendiri”. Bantah si  Hijau

“Hmmm, banyak memamng diantara mereka yang cerdas tapi tidak hatinya, mereka dengan gampangnya membuat peraturan yang gampang pula diinterprestasikan lalu dilanggar. Mana tuh pembuktian pasal 34 ayat 1 “Fakir misikin dan anak terlantar ditanggung oleh negara” sampai sekarang banyak nih anak-anak serta para fakir kelaparan dijalanan. Mana ada negara kaya punya rakyat yang miskin rasional nggak?”. Nggak ada yang salah sama pasal beserta Ideologi bangsa ini cita-citanya mulia sob 5 pilarnya juga mencakup kesejahteraan. Tepatnya yang salah ada pada mental masyarkat bangsa ini, mental yang dibangun oleh para Tiran-Tiran sampai berabad-abad bangsa ini diperbudak, sampai tibalah rezim Soekarno hingga pengakuan kemrdekaan kita menyebar. Tapi yakin lo bangsa ini sudah Merdeka??”

“Hijau dan Kuning menggeleng tegas. “Bodoh yah mereka sob?? Jelas sekarang mereka kalah, kalah dalam metamorfosis perang dingin yang semakin elegan dengan semboyan globalisasi. Pasar bebas mulai dirasakan efeknya, sifat konsumerisme mereka membuktikan jelas orientasi massa telah diubah dari need menjadi want taunya hanya membeli karena tuntutan Trend dan Mode tidak mampu menghasilkan dan bersaing. Inilah varises yang menyerang pembuluh budaya bangsa ini terlalu hanyut dengan westernisasi akibatnya hanya proses culture shock yang harus mereka hadapi”. Hijau dan Merah menatap sayu penejelasan si Kuning.

“Yang tersisa dari bangsa ini yah emang hanya harapan sob, semoga mereka tunas-tunas muda itu sadar akan tanggung jawab intelektualitas mereka, berpikir kritis jauh dari anarkis. Tidak terlena dengan kicauan kaum tidak beradab yang berujung pada eksploitasi ekonomi, budaya, bahkan politik terhadap konsumen dengan imaji-imaji sesat. Tapi sejauh ini aplikasi mereka apa ?“ hanya tau mengakumulasikan kemarahan mereka dengan berdemo berjubah anarkisme banyak tuh saudara-saudara kita jadi korban kekerasan mereka, punya otak mereka nggak?” Jelas yang rugi mereka sendiri.  Yah kan Ning – Joe ?

Serentak mereka ngangguk, “Aminin aja sob besok-besok kita nggak jadi sasaran aksi mereka”. Kembali nyerocos si Hijau.

“AMIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNNNNNNN” . Tiangpun ikut mengamini dalam hati.

Kabar kenaikan BBMpun mewarnai setumpuk masalah di Negara ini, aksi mahasiswa bergejolak diseluruh penjuru bangsa ini. Anarkisme menjadi warna tersendiri sebagai tanda penolakan mereka jalan-jalan menjadi lautan almamater-almamater para penanggung jawab intelektualitas, asap-asap pembakaran ban seakan kabut menyelimuti kota, ratusan kendaraan mengantri sabar sepanjang jalan.

                “Busset deh tuh mahasiswa main lempar batu aja, nah kena tuh waddaaawww darah sob..daraahh !!! . Teriak si Hijau

                Duuaaaarrr...duaaaarrrrr...

                “Perih yah tuh Water Canon pasti,  benci ahh gue harus liat pemandangan seperti ini. Takut gue sob pelampiasannya pasti sama kita !! Salah kita apeeee cobaa?? . Kuning mencba menenangkan diri.

                “Sudah kalian tenang aja, ingat kita udah berguna untuk mereka kita hanya bisa menjadi penonton mereka dengan ekspektasi yang tinggi pada mereka kelak bisa menjadi kaum yang....”. Merah kembali menenangkan. 

Dan seketika .....

                CRASSSSSSSHHHHH CRASSSSHH . Seketika bulir-bulir kaca berjatuhan ditanah lalu lagi dan lagi !!!!!!

“Makan itu polisi sialaaaaannn !!! Maju kalau berani majuuuuuuuuuuuuu !!. Teriak para mahasiswa, sambil menghancurkan sang pengendali otomatis itu.

Hanya picingan tatapan kosong penuh makna yang hanya bisa ia lakukan melihat ke 3 teman yang berhari-hari menjadi tumpuannya dengan kicauan yang tidak henti-hentinya berdiskusi melihat apa yang mereka saksikan hancur seketika merebah jatuh ke tanah.

Berdiri sendiri melewati hari dengan suara bising jelas tidak ada kerteraturan berlalu lintas dihadapannya. 

                “Kaum yang bodoh !! Tiangpun membatin.

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright 2035 Tinta Maple
Theme by Yusuf Fikri